Rabu, 20 Februari 2013

MENGENAL ILMU NUJUM,PERBINTANGAN,ATAU ASTROLOGI



Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari Qatadah Radhiyallahu ’Anhu bahwa ia berkata: “Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syetan, dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barang siapa yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakuk...an kesalahan, dan menyianyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang diluar batas pengetahuannya”.




Sementara tentang mempelajari tata letak peredaran bulan, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hukum mempelajari ilmu letak peredaran bulan. Qotadah mengatakan makruh, sedang Ibnu Uyainah tidak membolehkan, seperti yang diungkapkan oleh Harb dari mereka berdua. Tetapi Imam Ahmad memperbolehkan hal tersebut. Maksudnya, yang diperbolehkan adalah mempelajari letak matahari, bulan dan bintang, untuk mengetahui arah kiblat, waktu shalat dan semisalnya, maka hal itu diperbolehkan. Ini disebut ilmu falak atau astronomi.



Abu Musa Radhiyallahu ’Anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Tiga orang yang tidak akan masuk surga: pecandu khamr (minuman keras), orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya).



Mempercayai sihir yang di antara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi), sebagaimana yang telah dinyatakan dalam suatu hadits, Barang siapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir…”



Inilah anncaman bagi orang yang mempercayai sihir (yang di antara jenisnya adalah ilmu perbintangan), meskipun ia mengetahui akan kebatilannya.



Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan kalian membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan mengatakan perkataan yang tidak benar.” (QS Al Waqi’ah, 82).



Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari Radhiyallahu ’Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: membangga-banggakan kebesaran leluhurnya, mencela keturunan, mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan meratapi orang mati.”




Lalu beliau bersabda, “Wanita yang meratapi orang mati bila mati sebelum ia bertubat maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (HR. Muslim).




Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Khalid Radhiyallahu ’Anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam mengimami kami pada shalat subuh di Hudhaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai melaksanakan sholat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda, “Tahukah kalian apakah yang difirmankan oleh Rabb pada kalian?”




Mereka menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.”

Terus beliau bersabda, “Dia berfirman: Pagi ini ada di antara hamba-hambaku yang beriman dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: hujan turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepadaKu dan kafir kepada bintang. Sedangkan orang yang mengatakan: hujan turun karena bintang ini dan bintang itu, maka ia telah kafir kepadaKu dan beriman kepada bintang.”




Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhu yang maknanya yang antara lain disebutkan demikian,“…ada di antara mereka berkata, ‘Sungguh, telah benar bintang ini, atau bintang itu’, sehingga Allah menurunkan firmanNya, “Maka aku bersumpah dengan tempat-tempat peredaran bintang” sampai kepada firmanNya,” Dan kamu membalas rizki (yang telah dikaruniakan Allah) kepadamu dengan perkataan yang tidak benar.” (Surat Al Waqi’ah, ayat 75-82)




Dalam ayat ini Allah mencela orang-orang musyrik atas kekafiran mereka terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah dengan menisbatkan turunnya hujan kepada bintang, dan Allah menyatakan bahwa perkatan ini dusta dan tidak benar, karena turunnya hujan adalah karunia dan rahmat dariNya.

Sumber: Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah ‘Alal ‘Ibad – fimadani.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Bila menemukan komentar bermuatan menghina atau spam, berikan jempol bawah, tanda Anda tak menyukai muatan komentar itu. Komentar yang baik, berikan jempol atas.


Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.


Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar. ^_^